Pagi-pagi
nyetel muratal. Mishaari Raasyid al-Aafaashii, ash-Shaff. Tiba-tiba dua ayat popular
itu seakan mengetuk-ngetuk kesadaranku.
“Hai orang-orang yang
beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.”
(Q.S. As-Shaff: 2)
Dua
ayat yang sering kudengar. Dua ayat yang sudah kuhapal terjemahannya, entah
sejak kapan. Dua ayat yang sering menjadi pokok pembicaraan dalam kajian.
Biasanya tak terlalu membuatku gelisah. Sebab ketika aku berkata begini-begitu,
yang baik-baik, itu adalah proses pembenahan diri. Bahwa mungkin aku sendiri
belum mampu melaksanakan apa yang kusampaikan, tapi terus berupaya untuk bisa. Hal
itu untuk memotivasi diri, agar aku tergerak, take action dan pada akhirnya tidak omdo, omong doang.
Pun
ketika menulis. Nasihat, motivasi, ataupun gambaran-gambaran mengenai amal
kebaikan yang kutulis, juga dalam rangka merancang visi, memotivasi diri dan
memimpikan masa depan yang lebih baik. Ketika menulis buku Muslim Tangguh, aku
ingin menjadi sosok seperti yang kutuliskan. Menulis buku Change Now!, aku
ingin senantiasa berubah menjadi lebih baik, saat demi saat. Menulis buku Kakayaan
Hati, aku ingin Allah senantiasa memenuhi hatiku dengan kekayaan ruhani.
Menulis buku Unlimited Learning, aku ingin terus belajar, belajar dan terus
belajar. Dan seterusnya dan seterusnya.
Ah,
dalih. Kali ini kurasai itu sebagai dalih. Sebab terlalu banyak yang telah
kukatakan, dan belum dapat kulakukan. Sebab seringkali aku tak serius belajar menjadi
sosok tangguh, seseorang berkepribadian mulia yang kuimpikan. Aku masihlah
seseorang yang terbiasa membuat waktu dengan hal remeh-temeh tak bernilai untuk
akhiratku. Aku masih seorang yang mudah mengeluh, mudah menyerah ketika datang
hambatan dalam beramal kebaikan. Aku masihlah orang yang tak konsisten dengan
konsep-konsep kebaikan yang pernah kusampaikan. Aku bilang pada orang untuk
beramal, nyatanya aku sendiri hanyak duduk. Aku bilang pada orang untuk
semangat, nyatanya aku sendiri loyo. Aku bilang pada orang untuk pantang
menyerah, nyatanya aku sendiri sering mundur. Aku bilang pada orang untuk segera
bangkit ketika sempat jatuh, nyatanya aku bersantai dengan keterpurukan.
Gelisah.
Ya, kini aku gelisah. Barangkali ayat ke-3 surah ash-Shaff itu memang sedang
tertuju padaku. Astaghfirullahal ‘adhiim.
Dan pagi ini aku
menulis. Karena dulu, sering aku menyuruh, dan mengajak orang untuk menulis. Ah,
yuks, saatnya bersemangat lagi, beramal, perbaiki kualitas diri, menulis,
beramal, perbaiki kualitas diri, menulis, beramal, perbaiki kualitas diri,
menulis lagi. Lagi.., dan lagi.
0 komentar :
Posting Komentar