Yang keempat
dari sudut pandang kesehatan, healt. Bila tadi kita obrolkan bahwa
menulis dapat meningkatkan kesehatan mental-emosional, ternyata tak berujung
disitu. Menulis juga dapat menyehatkan fisik. Memang kesehatan fisik dan
kesehatan mental sangat berkaitan. Bila secara mental terganggu, fisik
seringkali juga bermasalah. Sedang bila secara mental sehat, kesehatan fisik
juga lebih terjaga. Sebaliknya, sehat atau tidaknya fisik terkadang juga
berakibat pada sehat tidaknya mental.
Masih menurut
penelitian Pennebaker dalam laporan penelitiannya yang tertuang dalam jurnal
Cosulting and Clinical Psychology, April 1998, kita mendapatkan kesimpulan
bahwa menulis dapat menyehatkan fisik. Sel-sel T-Limfosit para mahasiswa yang
menuliskan peristiwa-peristiwa yang menekan menjadi meningkat, ini menunjukkan
indikasi meningkatnya pula stimulasi sistem kekebalan tubuh mereka.
Journal lain
melaporan bahwa menulis secara ekspresif dapat menurunkan simptom asma dan
rheumatoid arthritis. Joshue Smith, Ph.D., asisten profesor psikologi dari
North Dakota State University dan koleganya melakukan penelitian dengan meminta
sebanyak 70 penderita asma dan rheumatoid arthritis untuk menulis tentang
peristiwa paling menekan dalam kehidupannya. Partisipan dari penelitian
tersebut dianjurkan untuk menulis tentang luka masa lalunya selama 20 menit
dalam tiga hari. Kelompok lain yang terdiri dari 37 pasien diminta untuk
menulis tentang rencana mereka pada hari itu. Empat bulan kemudian, 47 persen
dari kelompok yang menulis tentang trauma masa lalunya menunjukkan perbaikan
signifikan. Mereka rata-rata merasakan berkurangnya rasa sakit berkaitan dengan
rheumatoid arthritis yang mereka derita. Kapasitas paru-paru pun dikabarkan
meningkat bagi para penderita asma. Sementara itu hanya 24 persen yang
menunjukkan kemajuan seperti itu bagi mereka yang hanya menulis kehidupan
sehari-harinya. Hasil
peneletitian tersebut tertuang dalam Journal of the American Medical
Association, edisi 14 April 1999.
Fatima Mernissi, seorang penulis
feminis Marokko berpendapat bahwa selain menyehatkan, menulis bahkan membuat
awet muda. Dalam
bukunya, Women’s Rebellion and Islamic Memory, dia mengungkapkan bahwa menulis lebih baik
ketimbang operasi pengencangan kulit wajah atau krim pelembab.
Lebih jauh
Fatima Mernissi menulis; “Usahakan menulis setiap hari. Niscaya kulit Anda akan
menjadi segar kembali akibat kandungan manfatnya yang luar biasa! Dari saat
Anda bangun, menulis meningkatkan aktivitas sel. Dengan coretan pertama di atas
kertas kosong, kantung di
bawah mata Anda akan segera lenyap dan kulit Anda akan
terasa segar lagi. Menjelang tengah hari, ia berada pada kondisi prima. Dengan kandungan aktifnya, menulis
menguatkan struktur kulit ari Anda.
Pada akhir hari, kerut- kerut Anda sudah memudar dan wajah Anda
menjadi lembut kembali.”
Nah, percaya
atau tidak, itu terserah engkau. Yang jelas, menulis membuat kita awet muda,
itu kesimpulan Fatima Mernissi. Saya sendiri percaya, karena sampai saat ini,
setelah berrumah tangga dan beranak dua, istri masih sering bilah bahwa saya
masih pantasi pakai baju abu-abu. Seragam SMA maksudnya. Meski saya juga
percaya, bahwa menulis tidak serta merta menghilangkan bekas jerawat yang sejak
sepuluh tahun lalu menempel di pipi. Ha ha, bercanda.
Engkau juga pengen jadi penulis? Gabung saja dengan KMB (Kursus Menulis Buku)
0 komentar :
Posting Komentar