Senin, 03 Maret 2014

MENGGUNCANG dengan Tulisan

Para penentang itu terhukum. Kaisar Bhizatium telah memerintahkan pembantaian dan pengusiran terhadap Yahudi. Maka Yahudi bermigrasi ke berbagai penjuru dunia. Sebagian besarnya berimigrasi ke Amerika Serikat. Sebagian lainnya berimigrasi dan menetap di Kanada, Inggris, Australia dan Afrika Selatan. Sebagian ada pula yang menetap di Palestina.
Leon Pinsker pada tahun1882 menggulirkan ide ‘Tanah Air’ untuk kaum Yahudi lewat bukunya Auto-Emancipation. Maknanya dipahami sebagai ‘pendirian kembali’ tanah air Yahudi di Palestina atau Eretz-Israel. Kemudian muncul pula Theodore Herzl yang menggulirkan ide zionisme lewat bukunya Der Judenstaat (The Jewish State), yang terbit di Wina, Austria, pada 1896. Herzl memiliki dua pilihan lokasi tanah air, yaitu Argentina atau Palestina. Argentina, menurut Herzl, punya kondisi alam yang kaya, wilayah luas, populasi sedikit, dan cuaca sedang. Tapi, pilihan kemudian jatuh ke Palestina, bersandar pada Kitab Perjanjian Lama sebagai tanah yang dijanjikan (the promised land).
Selain itu Theodore Herzl juga menulis sebuah novel, Altneuland (Old New Land). Dua buku Herzl mengharu-biru dan menginspirasi kaum Yahudi. Maka semangat untuk mendirikan negara Yahudi di tanah Palestina menyebar luas. Bergelombang-gelombang kaum Yahudi kemudian berimigrasi kembali ke tanah Palestina. Populasi Yahudi di negeri Palestina pun meningkat drastis. Kini, kita tahu muslim Pelestina sedang tersudut, tak usai-usai perjuangan para mujahid sejati menjaga kesucian al-Aqsha, mempertahankan Palestina dari tangan Yahudi.
Engkau mungkin juga pernah mendengar tentang Il Principle. Mulanya Il Principle adalah surat yang ditulis Nicolo Machiavelli, seorang filsuf di Florence, Italia kepada junjungannya Lorenzo Demedici, penguasa Florence saat itu. Isi surat tersebut adalah petunjuk bagaimana cara mempertahankan kekuasaan dengan berbagai cara lengkap dengan sisi baik dan buruknya, dimana hati nurani dan moral dikesampingkan demi kekuasaan yang kokoh dan tak tergoyahkan. Hal ini lah yang membuat dia identik dengan pemerintahan yang kotor, licik dan penguasa diktator.
Bagi Machiavelli, politik adalah politik. Tak ada sangkut pautnya dengan moral agama dan hati nurani. Politik adalah bagaimana berkuasa dan mempertahankan kekuasaan tersebut. Maka dalam buku Il Principle yang dissusunnya, dia menulis suatu yang sangat membahayakan, bahwa penguasa yang baik adalah penguasa yang kejam dan tidak segan-segan bermain curang, menipu dalam kekuasaannya.
Meski kontroversial, Il Principle sangat populer dalam kalangan pemimpin pemimpin besar. Jangan berharap disebut seorang politikus kalau tidak kenal dengan Il Principle. Tersebut bahwa sederet nama besar seperti Napoleon Bonaparte, Stallin, Adolf hitler, dan Mussolini sangat lekat dengan buku tersebut. Malah ada yang mengatakan bahwa salah seorang yang pernah menjabat presiden di negeri ini juga penganut ajaran Machiavelli. Maka tak mengherankan kalau Robert B. Downs memasukkan Il Principle dalam daftar buku yang merubah dunia. Malah dia menempatkannya pada urutan teratas dalam bukunya Books that Changed The World
Banyak tulisan lain yang menginspirasi jutaan manusia, memunculkan peristiwa besar di dunia, atau bahkan mencipta peradaban. Revolusi Perancis dikompori oleh karya-karya J.J. Rousseau, Montesquieu, juga Voltaiere. Revolus Amerika Digerakkan oleh Declaration of Independent. Nazi Jerman bergerak dengan petunjuk buku Mein Kampf.  Revolusi Tiongkok berpedoman pada San Min  Chu I karya Dr. Sun Yat Sen. Sementara Karl Mark dengan Das Kapitalnya juga sangat mendorong revolusi Komunis. Lalu Adam Smith dengan The Wealt of Nation-nya yang disinyalir banyak dipengaruhi oleh karya Abu Ubaid, Al-Amwal, juga memberi dampak sangat besar bagi dunia, terutama terkait bidang ekonomi. Dan yang paling kita kenal, sebagaimana ditulis Mohammad al-Ghozali, bahwa perubahan-perubahan besar dalam masyarakat Islam bergerak di bawah dibimbingan Al-Qur’an. Kita tahu, bagaimana Rasulullah dengan bimbingan al-Qur’an sukses melakukan revolusi yang sangat besar terhadap tata kehidupan dunia.
Berkaitan dengan kekuatan ini, seorang politikus Amerika, Jhon Taylor pernah mengatakan bahwa pena adalah alat yang paling berbahaya dan jauh lebih tajam daripada pedang. Seorang novelis Inggris, Bulwer Lytton juga mengatakan bahwa dibawah kekuasaan orang-orang besar, pena lebih berbahaya daripada pedang. Mengapa demikian? Karena kekuatan pedang mungkin hanya bisa melukai tubuh, tapi kekuatan pena mampu mengobrak-abrik sejarah dan peradaban manusia.
Maka sungguh tak juga mengherankan jikalau Hasan al-Banna mengatakan; “Aku tidak ingin membuat buku, aku hanya ingin melahirkan penulis buku.”  Benar beliau tidak menulis buku, hanya khatbah-khatbahnya terbukukan, begitu pula surat-suratnya yang menjadi warisan sangat berharga bagi kita, Risalah Pergerakan. Akan tetapi gagasan-gagasannya membumi hingga kini. Maka uangkapannya benar, beliau telah melahirkan penulis-penulis buku. Saat ini entah berapa orang penulis yang menjadi kader Ikhwanul Muslimin, organisasi Islam yang didirikan Hasan al-Banna. Tentu saja, termasuk penulis-penulis kelas dunia seperti Yusuf al-Qardhawi, Muhammad al-Ghazali, Sayyid Qutb, juga Sayyid Sabiq. Engkau ingin jadi penerus mereka?

Pengen juga bisa mengguncang dunia? Jadilah PENULIS! Nah, engkau bisa memulai dengan bergabung di KMB (Kursus Menulis Buku).

Artikel terkait

0 komentar :

Posting Komentar