Para penentang itu terhukum. Kaisar Bhizatium
telah memerintahkan pembantaian dan pengusiran terhadap Yahudi. Maka Yahudi
bermigrasi ke berbagai penjuru dunia. Sebagian besarnya berimigrasi ke Amerika
Serikat. Sebagian lainnya berimigrasi dan menetap di Kanada, Inggris, Australia
dan Afrika Selatan. Sebagian ada pula yang menetap di Palestina.
Leon Pinsker pada tahun1882 menggulirkan ide ‘Tanah Air’ untuk
kaum Yahudi lewat bukunya Auto-Emancipation. Maknanya dipahami sebagai ‘pendirian kembali’ tanah air Yahudi
di Palestina atau Eretz-Israel. Kemudian muncul pula Theodore Herzl yang
menggulirkan ide zionisme lewat bukunya Der Judenstaat (The Jewish
State), yang terbit di Wina, Austria, pada 1896. Herzl memiliki dua pilihan lokasi tanah air, yaitu
Argentina atau Palestina. Argentina, menurut Herzl, punya kondisi alam yang
kaya, wilayah luas, populasi sedikit, dan cuaca sedang. Tapi, pilihan kemudian
jatuh ke Palestina, bersandar pada Kitab Perjanjian Lama sebagai tanah yang
dijanjikan (the promised land).
Selain
itu Theodore Herzl juga menulis sebuah novel, Altneuland (Old New
Land). Dua buku Herzl mengharu-biru dan menginspirasi kaum Yahudi. Maka
semangat untuk mendirikan negara Yahudi di tanah Palestina menyebar luas.
Bergelombang-gelombang kaum Yahudi kemudian berimigrasi kembali ke tanah
Palestina. Populasi Yahudi di negeri Palestina pun meningkat drastis. Kini,
kita tahu muslim Pelestina sedang tersudut, tak usai-usai perjuangan para
mujahid sejati menjaga kesucian al-Aqsha, mempertahankan Palestina dari tangan
Yahudi.
Engkau mungkin juga pernah mendengar tentang Il
Principle. Mulanya Il Principle adalah surat yang ditulis Nicolo
Machiavelli, seorang filsuf di Florence, Italia kepada junjungannya Lorenzo Demedici, penguasa Florence saat itu. Isi
surat tersebut adalah petunjuk bagaimana cara mempertahankan kekuasaan dengan
berbagai cara lengkap dengan sisi baik dan buruknya, dimana hati nurani dan
moral dikesampingkan demi kekuasaan yang kokoh dan tak tergoyahkan. Hal ini lah
yang membuat dia identik dengan pemerintahan yang kotor, licik dan penguasa
diktator.
Bagi Machiavelli, politik adalah politik. Tak ada
sangkut pautnya dengan moral agama dan hati nurani. Politik adalah bagaimana
berkuasa dan mempertahankan kekuasaan tersebut. Maka dalam buku Il Principle
yang dissusunnya, dia menulis suatu yang sangat membahayakan, bahwa penguasa
yang baik adalah penguasa yang kejam dan tidak segan-segan bermain curang,
menipu dalam kekuasaannya.
Meski kontroversial, Il Principle sangat
populer dalam kalangan pemimpin pemimpin besar. Jangan berharap disebut seorang
politikus kalau tidak kenal dengan Il Principle. Tersebut bahwa sederet
nama besar seperti Napoleon Bonaparte, Stallin, Adolf hitler, dan Mussolini
sangat lekat dengan buku tersebut. Malah ada yang mengatakan bahwa salah
seorang yang pernah menjabat presiden di negeri ini juga penganut ajaran
Machiavelli. Maka tak mengherankan kalau Robert B. Downs memasukkan Il
Principle dalam daftar buku yang merubah dunia. Malah
dia menempatkannya pada urutan teratas dalam bukunya Books that Changed The
World
Banyak tulisan lain yang menginspirasi jutaan
manusia, memunculkan peristiwa besar di dunia, atau bahkan mencipta peradaban.
Revolusi Perancis dikompori oleh karya-karya J.J. Rousseau, Montesquieu, juga
Voltaiere. Revolus Amerika Digerakkan oleh Declaration of Independent.
Nazi Jerman bergerak dengan petunjuk buku Mein Kampf. Revolusi Tiongkok berpedoman pada San
Min Chu I karya Dr. Sun Yat Sen.
Sementara Karl Mark dengan Das Kapitalnya juga sangat mendorong revolusi Komunis.
Lalu Adam Smith dengan The Wealt of Nation-nya yang disinyalir banyak
dipengaruhi oleh karya Abu Ubaid, Al-Amwal, juga memberi dampak sangat
besar bagi dunia, terutama terkait bidang ekonomi. Dan yang paling kita kenal,
sebagaimana ditulis Mohammad al-Ghozali, bahwa perubahan-perubahan besar dalam
masyarakat Islam bergerak di bawah dibimbingan Al-Qur’an. Kita tahu, bagaimana
Rasulullah dengan bimbingan al-Qur’an sukses melakukan revolusi yang sangat
besar terhadap tata kehidupan dunia.
Berkaitan dengan kekuatan ini, seorang politikus
Amerika, Jhon Taylor pernah mengatakan bahwa pena adalah alat yang paling
berbahaya dan jauh lebih tajam daripada pedang. Seorang novelis Inggris, Bulwer
Lytton juga mengatakan bahwa dibawah kekuasaan orang-orang besar, pena lebih
berbahaya daripada pedang. Mengapa demikian? Karena kekuatan pedang mungkin
hanya bisa melukai tubuh, tapi kekuatan pena mampu mengobrak-abrik sejarah dan
peradaban manusia.
Maka sungguh tak juga mengherankan jikalau Hasan
al-Banna mengatakan; “Aku tidak ingin membuat buku, aku hanya ingin
melahirkan penulis buku.” Benar
beliau tidak menulis buku, hanya khatbah-khatbahnya terbukukan, begitu pula
surat-suratnya yang menjadi warisan sangat berharga bagi kita, Risalah
Pergerakan. Akan tetapi gagasan-gagasannya membumi hingga kini. Maka
uangkapannya benar, beliau telah melahirkan penulis-penulis buku. Saat ini
entah berapa orang penulis yang menjadi kader Ikhwanul Muslimin,
organisasi Islam yang didirikan Hasan al-Banna. Tentu saja, termasuk penulis-penulis
kelas dunia seperti Yusuf al-Qardhawi, Muhammad al-Ghazali, Sayyid Qutb, juga
Sayyid Sabiq. Engkau ingin jadi penerus mereka?
Pengen juga bisa mengguncang dunia? Jadilah PENULIS! Nah, engkau bisa memulai dengan bergabung di KMB (Kursus Menulis Buku).
Pengen juga bisa mengguncang dunia? Jadilah PENULIS! Nah, engkau bisa memulai dengan bergabung di KMB (Kursus Menulis Buku).
0 komentar :
Posting Komentar