Rabu, 26 November 2014

AKSES: Jangan Merasa Tenang Karena Anak Hanya Fesbukan



Internet begitu penting bagiku. Aku yakin, juga bagi kawan-kawan. Maka, dulu kubela-belain langanan dari provider jaringan seluler. Kucoba macam-macam kartu. Tak ada yang memuaskan. Bahkan sebagiannya parah kalau diakses dari rumah. Ada yang lemot minta ampun, ada yang hampir-hampir tak bisa connect, ada yang koneksinya cukup cepat, tapi bentar-bentar putus. Jangankan mau yutuban, buka FB saja susahnya minta ampun.
Alhamdulillah, sejak beberapa bulan lalu, di rumahku sudah terpasang hotspot. Ada perusahaan khusus yang menyediakan jasa internet dengan biaya yang relatif murah. Asal server tak sedang error, sekarang bisa wifian setiap saat. Yutuban pun lancar. Tak perlu menunggu loading lama, lalu diualng dari awal. HP dengan fasilitas wifi di dalamnya juga sudah aku punya. Semakin mudah saja untuk mengakses internet.
Istriku tentu sangat terbantu dalam merintis bisnisnya yang banyak dikerjakan secara online. Bila siang sibuk dengan berbagai aktivitas dan pekerjaan lain, malam-malam pun masih bisa urus bisnisan. Aku sendiri yang telah lama lekat dengan internet juga sangat terbantu. Mau cari informasi tertentu, tinggal tanya mbah google atau saudara-saudaranya. Mau cari video-video inspiratif, tinggal bukan youtube. Mau posting tulisan di FB atau blog, mudah saja. Mau nyantai dengan keluarga dengan menonton film kesukaan, tinggal searching dan download juga.
Ya, Alhamdulillah. Banyak juga keuntungan memiliki jaringan internet. Hanya saja, potensi datangnya keburukan juga tak sedikit. Betapa…, niatnya baik, mencari informasi yang bermanfaat. Tapi pada banyak website, bertabur gambar-gambar yang tak layak dilihat. Pornografi begitu merebak. Malah, terkadang artikel yang kita baca islami, tapi di samping kanan kirinya terdapat iklan-iklan yang juga mempertontonkan gambar-gambar gak jelas.
Beberapa waktu lalu aku hengkang dari sebuah group FB. Group jual beli aslinya. Akan tetapi, belum lama ini di group tersebut bermunculan link-link video porno. Entah virus, entah adminnya yang suka berpetualang, hingga link-link tersebut bermunculan setiap saat. Tadinya pengen komplain sama admin, sekalian ceramah, tapi urung, hengkang saja lah. Group gak penting juga. Akan tetapi sebelum hengkang, aku coba tengok member group. Pengen tahu adakah member yang masih anak-anak atau remaja. Ternyata, di lembar pertama pun sudah kutemukan, salah satu member adalah muridku dulu di SDIT. Sekarang anak itu masih SMP.
Inilah yang paling aku khawatirkan. Hari ini, betapa mudah anak-anak mengakses hal-hal yang tidak baik. Anak SD sudah biasa FBan dan main game online. Dua hal ini saja sudah merupakan potensi keburukan yang luar biasa mengerikan. Main game itu sendiri sudah sangat banyak dampak buruknya. Apalah lagi bila terlalu sering. Silahkan saja googling dengan keyword: dampak main game, maka akan kau temui banyak sekali artikel tentang dampak-dampak negatif  main game.
Belum lagi bertaburnya game yang sama sekali tak cocok untuk anak. Banyak game aksi yang di dalamnya mengandung unsur sadistis. Pukul-pukulan, bunuh-bunuhan, darah yang muncrat, ah ngeri. Di antara game-game itu juga banyak sekali yang mengandung unsur pornografi. Bahkan sangat porno. Bagaimana kalau anak-anak kita juga mengakses game samacam itu? Hal-hal demikian jelas sangat berbahaya bagi perkembangan mental anak.  Bisa jadi sangat merusak dan dampak negatifnya terus-menerus hingga dewasa.
Nah, Bapak, Ibu…, relakah putra-putri anda jadi korban? Bila tidak, silahkan lebih serius dalam mendampingi putra-putrinya. Karena menjauhkan dari internet mungkin sudah menjadi hal yang sulit dilakukan. Jangan merasa tenang karena putra-putrinya hanya fesbukan. Karena dari situ pun yang diakses bisa sangat beragam. Betapa seringnya iklan game dengan gambar seronok muncul di kolom samping. Pun sering juga kita temui, adanya orang-orang iseng yang suka ngetag link porno sesukanya. Boleh jadi disengaja, atau karena FBnya kena virus.
Memikirkan hal ini dan memikirkan anak-anakku sungguh membuat was-was. Kalau jaman ini sudah sedemikian, akan seperti apa lima, sepuluh, atau dua puluh tahun ke depan? Rupa-rupa jenis kejahilan pasti akan jauh lebih mudah diakses. Maka hanya iman dan taqwa kepada Allahlah yang akan menjadi benteng penyelamat. Semoga saja, kita para orang tua mampu membangunkan benteng itu untuk anak-anak kita. Setidaknya pondasi-pondasinya yang kokoh.

Artikel terkait

0 komentar :

Posting Komentar