Yup, aktifitas menulis, apa lagi bagi mereka yang telah beranjak dari seorang
PENULIS semata menjadi WRITERPRENEUR, insya Allah dapat benar-benar
menjadi KAYA. Mudah-mudahan, pada lain kesempatan, kita dapat memperbincangkan
tentang writerpreneurship ini. Sebagai gambaran, Toha Nasrudin,
S.Ag, mengaku hampir mencapai aset lima
miliar dalam tiga tahun pertama menjadi writerpreneur. Dialah pemilik Mujahid
Press. Mungkin engkau lebih mengenalnya dengan nama Abu Al-Ghifari, seorang
penulis produktif yang menggeluti self publishing.
Benar, kita akan benar-benar kaya dengan
menggeluti dunia tulis. Malah KAYA HARTA sebagaimana kita perbincangkan sebelum
ini hanyalah SEBAGIAN KECIL dari kekayaan yang akan kita peroleh. Berikut ini
di antara rupa-rupa kekayaan yang telah menunggu seorang penulis.
KAYA ILMU. Bila memiliki tabungan di bank, kita
hanya dapat menarik sejumlah simpanan plus bagi hasil atau bunga. Kecuali ambil
pembiayaan, itu lain perkara. Begitu pula ilmu, apa yang dapat diberikan, entah
dengan lisan atau tulisan pastilah sebatas ilmu yang kita serap dari kehidupan,
ditambah hasil kreatifitas otak. Yang pertama simpanan, yang kedua bagi hasil.
Sebab itu, seorang penulis mestinya adalah orang
yang kaya ilmu. Bila tidak, maka sedikit sekali ia memberi pada pembaca.
Seperti penulis buku ini, baru seperti ini yang dapat saya persembahkan. Akan
tetapi mudah-mudahan dapat memberikan manfaat yang banyak.
Sekali lagi, seorang penulis mestinya adalah orang
yang kaya ilmu. Dia seorang pembelajar sejati yang selalu meningkatkan
pemahaman dan wawasan. Tak pernah berhenti. Maka berlimpah-limpah ilmu itu
menggelegak dalam jiwa, seperti magma yang hendak menyembur. Lalu mengalirlah
tulisan-tulisan yang mencerahkan, menghanyutkan dan memberi energi gerak.
Mengajak untuk berpikir, merenung dan beramal.
Cobalah sesekali berkunjung ke kediaman
penulis-penulis ternama, lalu mintalah ijin untuk memasuki ruang perpustakaan
pribadinya. Mungkin engkau akan terpana. Berderet-deret buku dalam beberapa
rak. Seperti perpustakaan umum saja. Inilah sebagian bukti, bahwa mereka adalah
pembelajar sejati. Bacaannya DAHSYAT.
Sayangnya, penulis buku seperti saya ini,
terkadang membaca hanya karena ingin menulis. Mencari referensi. Karena itu
tulisan jadi kering akan makna. Memang, kadang masih enak dicerna, menarik dan
laku keras juga, akan tetapi teramat sedikit ilmu, tiada menggerakkan, tiada
memotivasi pembaca untuk beramal. Seperti krupuk, renyah dikunyah, tapi habis
masuk ya sudah. Mudah-mudahan, buku dalam genggamanmu ini tiada demikian.
Nah, kalau benar ingin jadi penulis, jadilah
PEMBELAJAR SEJATI, maka kau akan kaya ilmu.
KAYA AMAL DAN PAHALA. Dengan niat yang tepat, insya
Allah pahala kita akan berlipat. Kita tahu, tulisan adalah sarana dakwah
yang dahsyat. Bila berdakwah di mimbar-mimbar, maka hanya saat itulah ilmu kita
tersampaikan dan sebatas bagi orang-orang yang hadir. Sedang dakwah dengan
tulisan, LUAR BIASA, apa yang ditulis seorang ulama berabad lalu, kini masih
dicetak dan dan terus dibaca orang.
Al-Jamie`
al-Musnad as-Shahih al-Mukhtashar Min Umuri Rasulillah Saw atau yang kita kenal sebagai Shahih Bukhari
misalnya, sungguh betapa barakah. Imam al-Hafizh
Amirul Mukminin Fi al-Hadits Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim
al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju`fi al-Bukhari atau kita sering
menyebutnya Imam Bukhari telah menyusunnya sejak dulu, dulu sekali. Sangat
teliti, teramat berhati-hati, hingga tiap kali Bukhari hendak memasukkan suatu
hadits dalam kumpulan shahihnya, beliau terlebih dahulu mandi dan shalat dua
raka’at. Kini, kitab Shahih Bukhari menjadi rujukan utama dalam hal
hadits. Nama beliau tersebut dalam miliaran buku yang tersebar di seluruh
dunia. Cobalah kau buka buku-buku keislaman, niscaya sedikit sekali buku yang
tiada menyebut nama beliau. Malah buku seperti yang ada pada genggamanmu ini
saja juga memuat hadits yang mencomot dari kumpulan shahihnya. Maka pada setiap
amal manusia dengan merujuk hadits yang bersumber dari kitab tersebut, insya
Allah, Bukhari mendapatkan bagian dari pahalanya.
Nah, sungguh potensi yang luar biasa untuk
memperoleh pahala. Apa lagi bila apa yang kita tuliskan adalah amal shalih yang
belum dilakukan orang. Kitalah pelopornya. Maka hal ini dapat menjadi sarana
penyebaran sunnah-hasanah. Kita sempat berbincang, bahwa menjadi pelopor
suatu sunnah-hasanah berarti deposit pahala.’Bagi hasil’ akan terus
mengalir buat kita dari orang-orang yang melakukan amalan sama. Maka selalulah
untuk menuliskan kebaikan dan kebenaran. Lalu BERKREASILAH. Insya Allah,
selalu ada peluang untuk mengalirkan pahala yang kelak memperberat timbangan
kebaikan kita di yaumul hisab.
Oh iya, jangan lupa, jadikan tulisan kita sendiri
sebagai motivasi untuk semakin memperbaiki diri dan mamaksimalkan amal.
KAYA PENGALAMAN. Menjadi penulis, berarti juga
harus siap menjadi pembicara. Engkau akan sering diundang untuk mengisi bedah
buku, kajian, seminar atau bahkan training kepenulisan. Tak hanya di kotamu,
tapi di seluruh penjuru negeri ini. Bahkan bila namamu sebagai penuis telah
benar-benar berkibar, boleh jadi engkau akan keliling dunia. Berbekal buku-buku
yang telah kau tulis. Tentu saja, panitia yang akan membiayai perjalanmu. Nah,
jalan-jalan gratis, siapa tak suka.
Itu baru sebagian dari pengalaman baru yang akan
kau jalani. Selain itu. menjadi penulis berarti harus siap juga dianggap lebih
oleh orang lain. Sebab itu kau mungkin akan ditunjuk untuk memimpin sebuah
organisasi tertentu, sering dimintai pendapat dan sesekali harus melayani
curhat, diminta secara khusus untuk mengadakan buletin atau tulisan-tulisan
tertentu dan sebagainya. Pengalaman pahit tentu kadang datang juga. Seperti
ketika buku yang kau tulis ternyata dianggap sampah oleh orang yang memang
lebih banyak ilmu atau hanya oleh orang yang sok lebih tahu. It’s Okey,
hargai pengalaman itu.
KAYA JARINGAN. Berkaitan dengan apa yang baru saja
kita perbincangkan, maka kita juga akan kaya jaringan. Bertambah sahabat,
bertambah saudara, bertambah penggemar, bertambah guru, bertambah kader dan
sebagainya. Belum lagi sekarang banyak jejaring sosial di internet. Kita dapat
memanfaatkannya untuk lebih dekat lagi dengan para penikmat buku kita, dengan
sesama penulis, atau siapa saja. Di situ kita dapat berbagi dan saling memberi
masukan. Sekalian promosi buku-buku kita yang telah terbit, juga meminta
masukan dan pertimbangan.
Bila kita mampu memanfaatkan jaringan ini dengan
tepat, maka kapasitas keilmuan kita dengan sendirinya akan meningkat. Maka
seperti lingkaran, bertambahnya JARINGAN membuahkan ILMU. Dengan ilmu kita
dapat memaksimalkan AMAL shalih yang akan mendatangkan PAHALA melimpah.
Kemudian AMAL-AMAL SHALIH membuat kita semakin kaya akan PENGALAMAN.
Pengalaman-pengalaman hidup bermasyarakat dalam mengemban tugas mulia sebagai
seorang da’i, juga khalifah di muka bumi, akan membuat kita semakin kaya akan
JARINGAN.
0 komentar :
Posting Komentar