Minggu, 02 Maret 2014

BENAR-BENAR Kaya

Yup, aktifitas menulis, apa lagi bagi mereka yang telah beranjak dari seorang PENULIS semata menjadi WRITERPRENEUR, insya Allah dapat benar-benar menjadi KAYA. Mudah-mudahan, pada lain kesempatan, kita dapat memperbincangkan tentang writerpreneurship ini. Sebagai gambaran, Toha Nasrudin, S.Ag,  mengaku hampir mencapai aset lima miliar dalam tiga tahun pertama menjadi writerpreneur. Dialah pemilik Mujahid Press. Mungkin engkau lebih mengenalnya dengan nama Abu Al-Ghifari, seorang penulis produktif yang menggeluti self publishing.
Benar, kita akan benar-benar kaya dengan menggeluti dunia tulis. Malah KAYA HARTA sebagaimana kita perbincangkan sebelum ini hanyalah SEBAGIAN KECIL dari kekayaan yang akan kita peroleh. Berikut ini di antara rupa-rupa kekayaan yang telah menunggu seorang penulis.
KAYA ILMU. Bila memiliki tabungan di bank, kita hanya dapat menarik sejumlah simpanan plus bagi hasil atau bunga. Kecuali ambil pembiayaan, itu lain perkara. Begitu pula ilmu, apa yang dapat diberikan, entah dengan lisan atau tulisan pastilah sebatas ilmu yang kita serap dari kehidupan, ditambah hasil kreatifitas otak. Yang pertama simpanan, yang kedua bagi hasil.
Sebab itu, seorang penulis mestinya adalah orang yang kaya ilmu. Bila tidak, maka sedikit sekali ia memberi pada pembaca. Seperti penulis buku ini, baru seperti ini yang dapat saya persembahkan. Akan tetapi mudah-mudahan dapat memberikan manfaat yang banyak.
Sekali lagi, seorang penulis mestinya adalah orang yang kaya ilmu. Dia seorang pembelajar sejati yang selalu meningkatkan pemahaman dan wawasan. Tak pernah berhenti. Maka berlimpah-limpah ilmu itu menggelegak dalam jiwa, seperti magma yang hendak menyembur. Lalu mengalirlah tulisan-tulisan yang mencerahkan, menghanyutkan dan memberi energi gerak. Mengajak untuk berpikir, merenung dan beramal.
Cobalah sesekali berkunjung ke kediaman penulis-penulis ternama, lalu mintalah ijin untuk memasuki ruang perpustakaan pribadinya. Mungkin engkau akan terpana. Berderet-deret buku dalam beberapa rak. Seperti perpustakaan umum saja. Inilah sebagian bukti, bahwa mereka adalah pembelajar sejati. Bacaannya DAHSYAT.
Sayangnya, penulis buku seperti saya ini, terkadang membaca hanya karena ingin menulis. Mencari referensi. Karena itu tulisan jadi kering akan makna. Memang, kadang masih enak dicerna, menarik dan laku keras juga, akan tetapi teramat sedikit ilmu, tiada menggerakkan, tiada memotivasi pembaca untuk beramal. Seperti krupuk, renyah dikunyah, tapi habis masuk ya sudah. Mudah-mudahan, buku dalam genggamanmu ini tiada demikian.
Nah, kalau benar ingin jadi penulis, jadilah PEMBELAJAR SEJATI, maka kau akan kaya ilmu.
KAYA AMAL DAN PAHALA. Dengan niat yang tepat, insya Allah pahala kita akan berlipat. Kita tahu, tulisan adalah sarana dakwah yang dahsyat. Bila berdakwah di mimbar-mimbar, maka hanya saat itulah ilmu kita tersampaikan dan sebatas bagi orang-orang yang hadir. Sedang dakwah dengan tulisan, LUAR BIASA, apa yang ditulis seorang ulama berabad lalu, kini masih dicetak dan dan terus dibaca orang.
Al-Jamie` al-Musnad as-Shahih al-Mukhtashar Min Umuri Rasulillah Saw  atau yang kita kenal sebagai Shahih Bukhari misalnya, sungguh betapa barakah. Imam al-Hafizh Amirul Mukminin Fi al-Hadits Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju`fi al-Bukhari atau kita sering menyebutnya Imam Bukhari telah menyusunnya sejak dulu, dulu sekali. Sangat teliti, teramat berhati-hati, hingga tiap kali Bukhari hendak memasukkan suatu hadits dalam kumpulan shahihnya, beliau terlebih dahulu mandi dan shalat dua raka’at. Kini, kitab Shahih Bukhari menjadi rujukan utama dalam hal hadits. Nama beliau tersebut dalam miliaran buku yang tersebar di seluruh dunia. Cobalah kau buka buku-buku keislaman, niscaya sedikit sekali buku yang tiada menyebut nama beliau. Malah buku seperti yang ada pada genggamanmu ini saja juga memuat hadits yang mencomot dari kumpulan shahihnya. Maka pada setiap amal manusia dengan merujuk hadits yang bersumber dari kitab tersebut, insya Allah, Bukhari mendapatkan bagian dari pahalanya.
Nah, sungguh potensi yang luar biasa untuk memperoleh pahala. Apa lagi bila apa yang kita tuliskan adalah amal shalih yang belum dilakukan orang. Kitalah pelopornya. Maka hal ini dapat menjadi sarana penyebaran sunnah-hasanah. Kita sempat berbincang, bahwa menjadi pelopor suatu sunnah-hasanah berarti deposit pahala.’Bagi hasil’ akan terus mengalir buat kita dari orang-orang yang melakukan amalan sama. Maka selalulah untuk menuliskan kebaikan dan kebenaran. Lalu BERKREASILAH. Insya Allah, selalu ada peluang untuk mengalirkan pahala yang kelak memperberat timbangan kebaikan kita di yaumul hisab.
Oh iya, jangan lupa, jadikan tulisan kita sendiri sebagai motivasi untuk semakin memperbaiki diri dan mamaksimalkan amal.
KAYA PENGALAMAN. Menjadi penulis, berarti juga harus siap menjadi pembicara. Engkau akan sering diundang untuk mengisi bedah buku, kajian, seminar atau bahkan training kepenulisan. Tak hanya di kotamu, tapi di seluruh penjuru negeri ini. Bahkan bila namamu sebagai penuis telah benar-benar berkibar, boleh jadi engkau akan keliling dunia. Berbekal buku-buku yang telah kau tulis. Tentu saja, panitia yang akan membiayai perjalanmu. Nah, jalan-jalan gratis, siapa tak suka.
Itu baru sebagian dari pengalaman baru yang akan kau jalani. Selain itu. menjadi penulis berarti harus siap juga dianggap lebih oleh orang lain. Sebab itu kau mungkin akan ditunjuk untuk memimpin sebuah organisasi tertentu, sering dimintai pendapat dan sesekali harus melayani curhat, diminta secara khusus untuk mengadakan buletin atau tulisan-tulisan tertentu dan sebagainya. Pengalaman pahit tentu kadang datang juga. Seperti ketika buku yang kau tulis ternyata dianggap sampah oleh orang yang memang lebih banyak ilmu atau hanya oleh orang yang sok lebih tahu. It’s Okey, hargai pengalaman itu.
KAYA JARINGAN. Berkaitan dengan apa yang baru saja kita perbincangkan, maka kita juga akan kaya jaringan. Bertambah sahabat, bertambah saudara, bertambah penggemar, bertambah guru, bertambah kader dan sebagainya. Belum lagi sekarang banyak jejaring sosial di internet. Kita dapat memanfaatkannya untuk lebih dekat lagi dengan para penikmat buku kita, dengan sesama penulis, atau siapa saja. Di situ kita dapat berbagi dan saling memberi masukan. Sekalian promosi buku-buku kita yang telah terbit, juga meminta masukan dan pertimbangan.
Bila kita mampu memanfaatkan jaringan ini dengan tepat, maka kapasitas keilmuan kita dengan sendirinya akan meningkat. Maka seperti lingkaran, bertambahnya JARINGAN membuahkan ILMU. Dengan ilmu kita dapat memaksimalkan AMAL shalih yang akan mendatangkan PAHALA melimpah. Kemudian AMAL-AMAL SHALIH membuat kita semakin kaya akan PENGALAMAN. Pengalaman-pengalaman hidup bermasyarakat dalam mengemban tugas mulia sebagai seorang da’i, juga khalifah di muka bumi, akan membuat kita semakin kaya akan JARINGAN.

Nah kan, jadi KAYA RAYA. Kamu juga pengen? Gabung saja di KMB (Kursus Menulis Buku).

Artikel terkait

0 komentar :

Posting Komentar