Selasa, 25 April 2017

Ini Loh Bedanya Sinetron Indonesia, Drama Korea dan Kisah Yusuf

Dia. Si Bawang Merah itu. Entah apa sebabnya dia begitu. Jahat! Padahal, dalam sinetron, pemeran Pawang Merah tak kalah cantik dengan si Bawang Putih ya? Kecantikan Bawang Putih sepestinya tak harus membuatnya iri dan mendengki sedemikian rupa. Sedang si Bawang Putih itu, sabar gak ketulungan, menerima setiap kejahatan si Bawang Merah dengan penuh lapang dada. Meski nangis-nangis juga. Dia  gak bisa berbuat apa-apa untuk menghindar dari ulah buruk Bawang Merah dan krunya.
Sesungguhnya aku tak pernah mengikuti alur cerita Bawang Merah bawang putih. Barangkali peggambaranku di atas kurang tepat. Akan tetapi itulah yang terekam di ingatan. Sempat sih tak sengaja aku melihat beberapa menit sinetronya dulu.
Si jahat sungguh jahat, si baik sungguh baik. Tiba-tiba saja sudah begitu. Itu yang kulihat dalam sinetron. Sinetron-sinetron lain, tanpa Bawag Merah Bawang Putih pun seringkali menghadirkan kisah-kisah serupa. Adanya si jahat yang begitu jahat, juga si baik yang tak berdaya. Ini jadi salah satu sebab aku sama sekali tak tertarik melihat sinetron.
Beda. Sungguh beda dengan salah satu drama seri Korea yang sempat kuikuti alurnya. Dalam versi Indonesia berjudul Dendam Cinta. Entah judul aslinya. Hingga kini aku masih penasaran dengan endingnya yang tak sempat kutonton.  Drama Korean yang kurang populer saat itu. Kalah jauh lah sama Meteor Garden yang digemari cewek-cewek jaman segitu. Kalau yang satu itu (Meteor Garden), seepisode pun aku tak pernah mengikuti.
Nah, kalau Dendam Cinta sebuah aplikasi, aku kan memberinya bintang lima. Tabik. Aku sungguh terkesan. Apa yang menarik. Dalam drama korea yang satu ini, sama sekali tak ada tokoh jahat. Seluruhnya orang baik. Akan tetapi konflik terbangun begitu apik. Malah tokoh utamalah yang mula-mula berbuat kesalahan. Lalu diikuti kesalahan-kesalahan tokoh lain yang membuat hubungan dan kehidupan jadi rumit. Sekali lagi tak ada yang jahat dalam drama berseri itu. Hanya saja, kumpulan orang-orang baik pun dapat saling menyakiti, meski tak disengaja. Orang-orang baik pun berkonflik. Tak butuh seorang Bawang Merah untuk membuat kehidupan begitu rumit, tak perlu kejahatan Bawang Merah untuk seorang baik mengalami peristiwa-peristiwa yang sungguh menyesakkan dada.
Satu hal yang membuat kesanku begitu positif akan drama Korea Dendam Cinta itu, cerita mengalir begitu lembut. Nampak proses panjang dari orang-orang yang saling mengasihi, tapi karena banyak peristiwa, pada akhirnya saling benci, saling dendam. Meski rasa cinta tak begitu saja menghilang. Nampak sebab-sebab yang kuat, mengapa seorang yang dulu selalu berbuat baik kini melakukan hal-hal yang menyakiti.
Sekali lagi, tak butuh seorang Bawang Merah untuk membuat hidup kita rumit, juga hadirnya duka mendalam dan sesak dada yang menghimpit. Pun dalam kehidupan nyata ini. Saat ini kejahatan begitu rupa-rupa ragamnya. Akan tetapi sesungguhnya, setidaknya dalam lingkup kehidupanku, jauh lebih banyak kumpulan orang-orang baik. Begitupun, kalau sedang terjadi konflik, rumit juga.
Dalam kisah terbaik sepanjang zaman, yang Allah penuturnya, dan Nabi tokoh utamanya – betul kisah Nabi Yusuf – terdapat begitu melimpah pelajaran hidup. Juga pelajaran bagi aktivis cerita; novelis, pendongen dan semacamnya. Kita dapati bagaimana Ya’qub tak dapat menghindari hadirnya kedengkian saudara-saudara Yusuf. Setelah memiliki sepuluh anak yang beranjak dewasa, Ya’qub menikah lagi. Istrinya kemudian melahirnya Yusuf dan adiknya, Bunyamin. Akan tetapi istri Ya’qub kemudian meninggal.
Nabi Ya’qub berusaha menutupi ketidak hadiran seorang ibu dengan memberikan sebesar-besar kasih sayang. Niat baik, tindakan pun benar. Akan tetai rupanya hal itu kemudian menghadirkan kecemburuan oleh saudara-saudara Yusuf yang sepuluh. Hingga akhirnya mereka bersekongkol untuk menjauhkan Yusuf. Ada yang mengusulkan pembunuhan, lalu tertolak. Hingga akhirnya Yusuf dibuang ke sumur agar dipungut orang. Jadi ada proses, mengapa saudara sendiri bisa jadi begitu membenci Yusuf. Tidak ujug-ujug, benci dari sononya. Jahat dari awal.
Itu satu pelajaran dalam kisah Nabi Yusuf. Khikmah lain begitu melimpah. Bahkan setiap baris kalimat dalam Surah Yusuf mengandung begitu melimpah pelajaran hidup. Semoga kita termasuk orang-orang yang mengambil pelajaran.

Kesimpulannya, dalam kehidupan nyata, juga dalam cerita, sesungguhnya tak butuh Bawang Merah untuk hadirnya drama. 

Artikel terkait

0 komentar :

Posting Komentar