Dia. Si Bawang
Merah itu. Entah apa sebabnya dia begitu. Jahat! Padahal, dalam sinetron,
pemeran Pawang Merah tak kalah cantik dengan si Bawang Putih ya? Kecantikan Bawang
Putih sepestinya tak harus membuatnya iri dan mendengki sedemikian rupa. Sedang
si Bawang Putih itu, sabar gak ketulungan, menerima setiap kejahatan si Bawang Merah
dengan penuh lapang dada. Meski nangis-nangis juga. Dia gak bisa berbuat apa-apa untuk menghindar dari
ulah buruk Bawang Merah dan krunya.
Sesungguhnya aku
tak pernah mengikuti alur cerita Bawang Merah bawang putih. Barangkali peggambaranku
di atas kurang tepat. Akan tetapi itulah yang terekam di ingatan. Sempat sih
tak sengaja aku melihat beberapa menit sinetronya dulu.
Si jahat
sungguh jahat, si baik sungguh baik. Tiba-tiba saja sudah begitu. Itu yang
kulihat dalam sinetron. Sinetron-sinetron lain, tanpa Bawag Merah Bawang Putih
pun seringkali menghadirkan kisah-kisah serupa. Adanya si jahat yang begitu
jahat, juga si baik yang tak berdaya. Ini jadi salah satu sebab aku sama sekali
tak tertarik melihat sinetron.
Beda. Sungguh beda
dengan salah satu drama seri Korea yang sempat kuikuti alurnya. Dalam versi
Indonesia berjudul Dendam Cinta. Entah judul aslinya. Hingga kini aku masih
penasaran dengan endingnya yang tak sempat kutonton. Drama Korean yang kurang populer saat itu. Kalah
jauh lah sama Meteor Garden yang digemari cewek-cewek jaman segitu. Kalau yang
satu itu (Meteor Garden), seepisode pun aku tak pernah mengikuti.
Nah, kalau
Dendam Cinta sebuah aplikasi, aku kan memberinya bintang lima. Tabik. Aku sungguh
terkesan. Apa yang menarik. Dalam drama korea yang satu ini, sama sekali tak ada
tokoh jahat. Seluruhnya orang baik. Akan tetapi konflik terbangun begitu apik.
Malah tokoh utamalah yang mula-mula berbuat kesalahan. Lalu diikuti
kesalahan-kesalahan tokoh lain yang membuat hubungan dan kehidupan jadi rumit. Sekali
lagi tak ada yang jahat dalam drama berseri itu. Hanya saja, kumpulan
orang-orang baik pun dapat saling menyakiti, meski tak disengaja. Orang-orang
baik pun berkonflik. Tak butuh seorang Bawang Merah untuk membuat kehidupan
begitu rumit, tak perlu kejahatan Bawang Merah untuk seorang baik mengalami
peristiwa-peristiwa yang sungguh menyesakkan dada.
Satu hal yang
membuat kesanku begitu positif akan drama Korea Dendam Cinta itu, cerita
mengalir begitu lembut. Nampak proses panjang dari orang-orang yang saling
mengasihi, tapi karena banyak peristiwa, pada akhirnya saling benci, saling
dendam. Meski rasa cinta tak begitu saja menghilang. Nampak sebab-sebab yang
kuat, mengapa seorang yang dulu selalu berbuat baik kini melakukan hal-hal yang
menyakiti.
Sekali lagi,
tak butuh seorang Bawang Merah untuk membuat hidup kita rumit, juga hadirnya
duka mendalam dan sesak dada yang menghimpit. Pun dalam kehidupan nyata ini.
Saat ini kejahatan begitu rupa-rupa ragamnya. Akan tetapi sesungguhnya,
setidaknya dalam lingkup kehidupanku, jauh lebih banyak kumpulan orang-orang
baik. Begitupun, kalau sedang terjadi konflik, rumit juga.
Dalam kisah
terbaik sepanjang zaman, yang Allah penuturnya, dan Nabi tokoh utamanya – betul
kisah Nabi Yusuf – terdapat begitu melimpah pelajaran hidup. Juga pelajaran
bagi aktivis cerita; novelis, pendongen dan semacamnya. Kita dapati bagaimana
Ya’qub tak dapat menghindari hadirnya kedengkian saudara-saudara Yusuf. Setelah
memiliki sepuluh anak yang beranjak dewasa, Ya’qub menikah lagi. Istrinya kemudian
melahirnya Yusuf dan adiknya, Bunyamin. Akan tetapi istri Ya’qub kemudian
meninggal.
Nabi Ya’qub
berusaha menutupi ketidak hadiran seorang ibu dengan memberikan sebesar-besar kasih
sayang. Niat baik, tindakan pun benar. Akan tetai rupanya hal itu kemudian
menghadirkan kecemburuan oleh saudara-saudara Yusuf yang sepuluh. Hingga
akhirnya mereka bersekongkol untuk menjauhkan Yusuf. Ada yang mengusulkan
pembunuhan, lalu tertolak. Hingga akhirnya Yusuf dibuang ke sumur agar dipungut
orang. Jadi ada proses, mengapa saudara sendiri bisa jadi begitu membenci
Yusuf. Tidak ujug-ujug, benci dari
sononya. Jahat dari awal.
Itu satu
pelajaran dalam kisah Nabi Yusuf. Khikmah lain begitu melimpah. Bahkan setiap
baris kalimat dalam Surah Yusuf mengandung begitu melimpah pelajaran hidup.
Semoga kita termasuk orang-orang yang mengambil pelajaran.
Kesimpulannya,
dalam kehidupan nyata, juga dalam cerita, sesungguhnya tak butuh Bawang Merah
untuk hadirnya drama.
0 komentar :
Posting Komentar