Manfaat ketiga, dari sudut pandang emotion. Telah
banyak penelitian dalam hal ini. Kesimpulan secara umum, menulis akan
meningkatkan emotional quotion. Kita akan lebih cerdas secara emosi.
Menuangkan pikiran dalam tulisan, tak ubahnya
seperti kita sendang curhat. Malah efek releksasinya bisa lebih kuat karena
kita dapat benar-benar menulis secara bebas, sebebas-bebasnya. Ketika sedang
curhat secara langsung dengan orang lain, kita mungkin masih akan ada perasaan
malu, tidak enak, takut rahasianya akan disebarkan dan sebagainya. Ketika menulis,
perasaan-perasaan seperti itu tak perlu lagi mengganggu.
Dalam hal ini rasanya sulit untuk tidak menyebut
Dr. James W. Pennebacker. Guru besar psikologi University of Texas ini
telah melakukan penelitian selama 15 tahun tentang pengaruh membuka diri
terhadap kesehatan. Hasil penelitian tersebut kemudian
dia tuangkan dalam bukunya, Opening Up: The Healing Power
of Expressing Emotions. Dia mengatakan
bahwa menulis dapat menjernihkan pikiran, mengatasi trauma, membantu
mendapatkan dan mengingat informasi baru, membantu memecahkan masalah dan
menulis bebas membantu kita ketika terpaksa harus menulis.
Pennebacker mengisahkan tentang John Mulligan, seorang veteran perang Vietnam yang selama enam tahun
menjadi gelandangan di North Beach, San Fransisco. Pengalaman berdarah-darah di Vietnam membuatnya
trauma. Jiwanya terluka dan hampa. Akan tetapi hidupnya berubah sama sekali
setelah mengikuti workshop kepenulisan
yang diadakan oleh penulis masyhur, Maxine
Hong Kingston. Sepulang dari workshop itu, Mulligan memiliki paradigma
baru, perasaan baru dan kehidupan baru. Dia pun mulai menuliskan semua
perasaannya. Ternyata hal itu membantunya menghilang stress, kekusutan pikiran
dan beban hidup. Dia pun jadi novelis. Suatu ketika penulis novel Shopping Cart Soldiers itu pun berkata; “Menulis
menghindarkan saya dari kegelapan hidup!” Maka jelas, menulis dapat menjadi
katarsis bagi jiwa, membersihkan diri dari sampah-sampah batin.
Wei Jingsheng seorang Cina yang membangkang pada
pemerintahannya mememiliki cerita lain. Dia bertahan ketika dipenjara dan diisolasi selama delapan belas tahun. Dia
mampu bertahan dengan tulisan. Dia dapat berkomunikasi dengan keluarga tercinta
dengan tulisan yang di selundupkan ke luar penjara. Dengan tulisan tersebut dia juga dapat
menyampaikan kepada dunia tentang penderitaan yang dialaminya.
Tulisan itu akhirnya mampu membebaskannya dari
penderitaan. Tulisan tersebut
telah membuat dunia memberi tekanan pada pemerintah di negaranya untuk
membebaskan Wei Jingsheng.
Masih berkaitan dengan pengalaman pahit,
Pennebacker melakukan riset dengan hipotesis bahwa
penerjemahan pengalaman pahit ke dalam bahasa akan mengubah cara orang berpikir
mengenai pengalaman tersebut.
Salah
satu studinya kemudian dipublikasikan dalam Journal
of Consulting and Clinical Psychology edisi
April 1998. Laporan itu menyebutkan bukti bahwa sel-sel T-limfosit para
mahasiswa menjadi lebih aktif enam pekan setelah mereka menulis
peristiwa-peristiwa yang menekan. Suatu indikasi adanya stimulasi sistem kekebalan.
Dalam hal ini, ada dua macam mekanisme
utama yang melatari mengapa menulis pengalaman emosional mempunyai efek
terapeutik:
1.
Berkaitan dengan menurunnya arousal emosional terhadap pengalaman traumatis,
sehingga membuat orang jadi lebih toleran/tahan terhadap emosi.
2.
Membuka adanya penilaian kembali terhadap peristiwa emosional sehingga
peristiwa tersebut dimaknai secara baru dan dalam kerangka positif.
Mempublikasikan tulisan juga merupakan sarana
ekspresi dan aktualisasi diri. Menambah bukti bahwa menulis dapat meningkatkan
kesehatan mental-emosional, Victor Frankl, psikolog yang menggagas logoterapi
mengatakan bahwa kebermaknaan hidup memiliki pengaruh yang luar biasa dalam
meningkatkan kebahagiaan bahkan successful aging seseorang.
Victor Frankl sendiri
terkenal sebagai seorang yang berhasil survive dari
camp Nazi dengan memahami kebermaknaan hidupnya.
Nah, bila engkau pengen jadi penulis, gabung aja dengan KMB (Kursus Menulis Buku).
Nah, bila engkau pengen jadi penulis, gabung aja dengan KMB (Kursus Menulis Buku).
0 komentar :
Posting Komentar