Jumat, 20 Juni 2014

Apa Sih Keunggulan Kita?

Apa sih keunggulan kita? Berkali juara lomba? Nilai UN bagus-bagus?
Benar, pada brosur sekolah, kita pajang foto anak-anak berprestasi, menggenggam piala kejuaraan. Lalu kita tampilkan pula daftar prestasi, lomba-lomba yang pernah dijuarai peserta didik kita. Akan tetapi mulai bermunculan kritik mengenai hal ini. Karena bukan itu esensi dari Sekolah Islam Terpadu. Meski prestasi akademik merupakan hal sangat penting pada institusi pendidikan, seperti juga SDIT, akan tetapi bukan hal paling penting.
Maka bila prestasi akademik  yang akan kita unggulkan, fokus pada mambaguskan nilai-nilai pada raport atau Ujian Nasional yang kini telah berganti Ujian Sekolah, maka kita takkan jauh berbeda dengan sekolah pada umumnya. Tak harus sekolah di SDIT untuk mendapat segudang prestasi. Toh anak-anak di sekolah negeri juga sangat banyak yang berprestasi. Ini bila prestasi diartikan sebagai menang lomba atau bagus nilai-nilai pelajarannya.
Mari sejenak menengok diri, adakah kita mulai salah fokus? Adakah kita terlalu mementingkan prestasi akademik peserta didik kita dan terabai beberapa hal yang jauh lebih urgen?
Beberapa kali PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) saya menjadi petugas wawancara dengan orang tua. Ketika saya bertanya tentang motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di SDIT, rata-rata jawabannya hampir sama. Agar anaknya mendapat pendikan agama yang lebih, agar anaknya menjadi anak yang shalih/shalihah. Dalam arti, karakter islaminya terbentuk dengan baik. Nah, inilah yang dicari orang tua peserta didik. Ini yang menjadi pertimbangan utama mereka menyekolahkan anaknya di SDIT. Dan mereka mempercayai kita, bukan sekolah lain.
Sungguh tepat bila Program CB, Character Building, kita angkat menjadi keunggulan kita. Karena itulah yang benar-benar dicari. Itulah yang benar-benar dibutuhkan. Pembentukan karakter, satu hal yang tak mudah, tapi jauh lebih penting dari sekedar bagus dalam nilai US atau menang lomba cerdas-cermat. Pembentukan karakter, itulah yang akan mampu menghadirkan angin perubahan untuk negeri ini, juga dunia dalam lingkup lebih luas. Lihatlah kerusakan di berbagai negara, termasuk negeri ini, semua tak lepas dari karakter manusianya yang rusak. Mulai dari prostitusi, pornografi, hingga korupsi yang merebak, semua terkait karakter. Kita tahu, para koruptor itu bukan orang-orang bodoh secara akademis. Mereka orang yang banyak ilmu, banyak prestasi. Tapi tetap saja, pembuat kerusakan di muka bumi.
Dan lagi, bila karakter islami telah  terbentuk, maka prestasi akademik insya Allah akan mengikuti secara otomatis. Bila sejak dini telah tumbuh kecintaaan terhadap Allah melebihi segala-galanya, bila sejak dini telah tertanam kecintaan akan ilmu, sebagaimana Imam Syafi’i atau Imam Bukhari juga mencintai ilmu, bila sejak dini telah tumbuh kesadaran akan tugas dan tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi, maka insya Allah, meraih prestasi akademik adalah hal kecil saja. Menjadi juara lomba-lomba mudah saja.
Mari sejenak menengok diri, adakah kita mulai salah fokus? Adakah kita terlalu mementingkan prestasi akademik peserta didik kita dan terabai beberapa hal yang jauh lebih urgen?
Tak ada artinya nilai-nilai US yang bagus, bila ternyata program CB, Character Building yang penting itu justru terabai. Waktu khusus yang 15 menit tiap pagi (ini khusus di sekolah saya) tidak terpakai dengan maksimal. Kurang maksimal? Seringkali malah tak terpakai, karena ustadz/ahnya belum ada.  Mentoring yang hanya sepekan sekali kalau tidak kosong, juga sering bolong karena ustadz/dzahnya lebih mementingkan hal lain.
Pendidikan agama yang lebih, itu dicari orang tua atau wali peserta didik. Maka Qiro’ati dan Tahfidz adalah juga keunggulan SDIT. Pembelajaran Qiro’ati dan Tahfidz adalah juga bagian dari CB, pembentukan karakter islami. Tentu bila pelaksanaan pembelajarn Qiro’ati dan Tahfidz bermasalah, mestinya segera dibenahi. Karena sekali lagi, ini keunggulan kita. Maka, pun ketika anak-anak kelas enam sedang bersiap menghadapi US, membenahi pembelajaran Qiro’ati dan Tahfidz masih jauh lebih penting dari urusan US itu...
Atau dengan logika terbalik. Ketika ada cukup banyak peserta didik yang mengkhawatirkan dari segi akademik, bukan hanya masalah pembelajaran Matematika, IPA, atau Bahasa Indonesia itu yang perlu dipertanyakan, tapi juga program CBnya. Sudah dijalankan dengan maksimal kah?

Kebetulan saya mengajar di SDIT Buah Hati. Akan tetapi, semoga ini dapat menjadi bahwa evaluasi, terutama untuk sekolah-sekolah berlabel Islam Terpadu. Silahkan diluruskan bila ada yang bengkok dari catatan ini. Wallahu a’lam bishawab.

Artikel terkait

0 komentar :

Posting Komentar