Senin, 03 Maret 2014

Bahasa Qalbu

Suatu kali, ketika mengajar TIK kelas enam, mengajari mereka membuat email, tiba-tiba jaringan error, tak bisa online. Maka saya ajak mereka kembali ke kelas. Waktu masih cukup lama dan terpikir olehku untuk memberikan sesuatu di luar mata pelajaran. Saya duduk di depan, lalu bertanya: “Pak Rahman pengen mengajak kalian bicara serius. Bolehkah?”
Senang sekali melihat antusisme mereka. Kebetulan waktu itu hujan cukup deras. Salah seorang anak memberi usul; “Di bawah saja Pak, tidak terdengar.” Maka kami sama-sama bangkit dari kursi, lalu duduk melingkar saling berdampingan, lesehan di kelas.
Sesuatu yang berat hendak kusampaikan. Kutahu di kelas itu masih ada masalah, ada yang tak akur. Seorang anak perempuan tersisih dari teman-temannya, ini masalah paling serius. Sudah beberapa bulan masalah ini belum juga usai. Malah sempat terbawa-bawa sampai orang tua.
Sangat sensitif. Maka aku harus menyampaikan dengan ekstra hati-hati. Benar-benar menggunakan bahasa qalbu. Aku sampaikan bahwa hal ini memang tidak enak untuk dibicarakan, tapi sesekali memang harus dibicarakan. Mereka pun mendengarkan dengan seksama. Intinya, aku hanya menyampaikan harapan, bahwa sebelum lulus, masalah di antara mereka sudah cair. Aku minta mereka untuk jujur pada diri, bahwa semua ingin persahabatan di antara mereka kembali seperti semula. Mereka pun mengakui, mengiyakan. Kulihat salah seorang anak yang paling clash dengan si anak tersisih berkaca-kaca.
Entahlah. Apa akan ada perubahan setelah apa yang kusampaikan. Semoga saja demikian. Setidaknya aku telah tunjukkan, bahwa salah seorang pak guru peduli dengan permasalahan yang mereka hadapi.
Bahasa Qalbu. Sesungguhnya anak-anak kita, walau masih SD, mereka sudah bisa diajak untuk berpikir dewasa. Maka, sentuhan-sentuhan qalbu insya Allah akan lebih membekas pada jiwa mereka. Apa lagi dibanding dengan nasihat-nasihat yang disampaikan dengan amarah.
Mungkin karena masih jernih, hati mereka pun mudah disentuh. Dalam sebuah forum bersama anak-anak didikku, pernah kunyanyikan sebuah lagu. Salah seorang di antaranya ternyata menangis, beberapa berkaca dan yang lainnya mendengar penuh seksama. Malah, seorang yang nangis itu adalah anak laki-laki. Tak terduga. Ternyata, sebuah lagu saja dapat membuat hati mereka tersentuh bila dilantunkan dengan menjiwa.

Maka, kepada seluruh guru di mana saja, aku ingin mengajak, mari berbagi dengan anak-anak didik kita menggunakan bahasa qalbu. Sesekali kita ajak anak didik kita bicara serius tentang hidup mereka. Insya Allah hal ini akan lebih berarti dari teori-teori yang kita sampaikan dalam kelas. Mudah-mudahan, apa yang kita sampaikan juga akan lebih bernilai dalam pandangan Allah Subhanahu Wa Ta’alaWallahu a’lam.

Artikel terkait

0 komentar :

Posting Komentar