Suatu kali, ketika mengajar TIK kelas enam, mengajari mereka
membuat email, tiba-tiba jaringan error,
tak bisa online. Maka saya ajak
mereka kembali ke kelas. Waktu masih cukup lama dan terpikir olehku untuk
memberikan sesuatu di luar mata pelajaran. Saya duduk di depan, lalu bertanya:
“Pak Rahman pengen mengajak kalian bicara serius. Bolehkah?”
Senang sekali melihat antusisme mereka. Kebetulan waktu
itu hujan cukup deras. Salah seorang anak memberi usul; “Di bawah saja Pak,
tidak terdengar.” Maka kami sama-sama bangkit dari kursi, lalu duduk melingkar
saling berdampingan, lesehan di kelas.
Sesuatu yang berat hendak
kusampaikan. Kutahu di kelas itu masih ada masalah, ada yang tak akur. Seorang
anak perempuan tersisih dari teman-temannya, ini masalah paling serius. Sudah
beberapa bulan masalah ini belum juga usai. Malah sempat terbawa-bawa sampai
orang tua.
Sangat sensitif. Maka aku
harus menyampaikan dengan ekstra hati-hati. Benar-benar menggunakan bahasa
qalbu. Aku sampaikan bahwa hal ini memang tidak enak untuk dibicarakan, tapi
sesekali memang harus dibicarakan. Mereka pun mendengarkan dengan seksama.
Intinya, aku hanya menyampaikan harapan, bahwa sebelum lulus, masalah di antara
mereka sudah cair. Aku minta mereka untuk jujur pada diri, bahwa semua ingin
persahabatan di antara mereka kembali seperti semula. Mereka pun mengakui,
mengiyakan. Kulihat salah seorang anak yang paling clash dengan si anak tersisih berkaca-kaca.
Entahlah. Apa akan ada
perubahan setelah apa yang kusampaikan. Semoga saja demikian. Setidaknya aku
telah tunjukkan, bahwa salah seorang pak guru peduli dengan permasalahan yang
mereka hadapi.
Bahasa Qalbu. Sesungguhnya
anak-anak kita, walau masih SD, mereka sudah bisa diajak untuk berpikir dewasa.
Maka, sentuhan-sentuhan qalbu insya Allah
akan lebih membekas pada jiwa mereka. Apa lagi dibanding dengan nasihat-nasihat
yang disampaikan dengan amarah.
Mungkin karena masih jernih,
hati mereka pun mudah disentuh. Dalam sebuah forum bersama anak-anak didikku,
pernah kunyanyikan sebuah lagu. Salah seorang di antaranya ternyata menangis,
beberapa berkaca dan yang lainnya mendengar penuh seksama. Malah, seorang yang
nangis itu adalah anak laki-laki. Tak terduga. Ternyata, sebuah lagu saja dapat
membuat hati mereka tersentuh bila dilantunkan dengan menjiwa.
Maka, kepada seluruh guru di
mana saja, aku ingin mengajak, mari berbagi dengan anak-anak didik kita
menggunakan bahasa qalbu. Sesekali kita ajak anak didik kita bicara serius
tentang hidup mereka. Insya Allah hal
ini akan lebih berarti dari teori-teori yang kita sampaikan dalam kelas.
Mudah-mudahan, apa yang kita sampaikan juga akan lebih bernilai dalam pandangan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Wallahu
a’lam.
0 komentar :
Posting Komentar