Dalam analogi teko, air minum yang dapat dituang darinya
sebatas air yang masuk kepadanya, tak lebih. Begitu pula, ilmu yang dapat kita
tuang dalam tulisan, takkan lebih dari ilmu yang telah masuk ke dalam diri,
telah kita kuasai. Bila kita memaksa diri untuk menulis tentang hal-hal yang
tidak kita pahami, maka dapat dipastikan, tulisan itu PAYAH dan tak dapat
dipertanggungjawabkan.
Maka, membaca adalah SANTAPAN WAJIB bagi penulis. Seperti
nasi, dia wajib ada. Apa lagi bagi penduduk Indonesia, rasanya belum makan
kalau sehari perut belum kemasukan nasi, meski sesungguhnya telah melahap roti,
ketela, pisang dan buah-buahan lainnya. Inilah fungsi membaca bagi seorang
penulis, sekali lagi, seperti nasi. Bila seorang penulis mulai enggan membaca,
siap-siap saja LEMAS, atau bahkan mengalami kematian. MATI IDE. Dia akan sering
ketemu dengan writer’s block.
Cobalah kau tanya para penulis BESAR dan penulis-penulis
produktif tentang bagaimana mereka membaca. Dapat dipastikan, bacaan mereka
DAHSYAT. Boleh dibilang, apa saja mereka lahap. Sesekali sempatkan diri untuk
berkunjung ke rumah penulis TERNAMA, kemudian mintalah ijin untuk memasuki
ruang perpustakaannya. Mungkin engkau bakal ternganga melihat banyaknya koleksi
mereka.
Nah, bila BENAR engkau pengen jadi penulis BESAR,
bacalah. Iqra’. Kita ambil ibrah dari riwayat turunnya al-Qur’an.
Perintah iqra’ menjadi yang pertama. Padahal, dalam al-Qur’an terdabat
rupa-rupa perintah; ada perintah shalat, puasa, zakat, haji, qurban, amar
ma’ruf nahi munkar, birul walidain dan banyak lagi. Tapi sekali lagi,
perintah membaca menjadi yang pertama. Ini mengisyaratkan tentang betapa
pentingnya membaca. Bagi siapa saja. Bagi PENULIS, tentu, jadi modal utama.
Satu ibrah lagi. Dalam surat al-‘Alaq, perintah
membaca tidak diikuti oleh objek yang harus dibaca. Bukan BACALAH KITAB, BACALAH
BUKU, BACALAH KORAN atau BACALAH dengan diikuti hal-hal lainnya. Akan tetapi iqra’
bismi rabbikal ladzii khalaq dan iqra’ warabbukal akram. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan dan bacalah dan
Tuhanmulah yang Maha Pemurah.
Apa artinya? Kita
diperintahkan untuk membaca apa saja. Yang bermanfaat tentu saja. Jadi, jangan
membatasi untuk membaca buku saja atau membaca tema-tema tertentu saja. Lahap
apa saja, insya Allah akan memberi sumbangan peda kemajuan diri. Dan
jangan lupa, kembalikan semua kepada Allah. Niatkan membaca agar kita dapatka
ridhanya. Bukan membaca agar dapat menulis saja.
Perlu diingat pula, bahwa pengertian membaca tak terbatas
pada membaca tulisan. Meneliti, mengamati dan berusaha memahami fenomena alam
juga termasuk membaca. Menelaah perubahan-perubahan sosial juga berarti
membaca. Mencerna apa yang terlihat di televisi juga dapat berarti membaca.
Mengambil ibrah dari apa yang terdengar di radio juga berarti membaca. Banyak
lagi kegiatan lain yang dapat kita masukkan ke dalam kegiatan “MEMBACA.” Itu
semua akan berguna untuk menajamkan mata pena. Dengan banyak membaca, insya
Allah karya-karya kita akan lebih BERTENAGA, MENGGIGIT, NENDANG, MENCERAHKAN,
MENGGUGAH, MENGGERAKKAN. Pada akhirnya, semakin banyak manfaat dapat engkau
sebarkan. Di akhirat nanti, pahala yang LUAR BIASA akan kita nikmati. Karena
kita MEMBACA, juga MENULIS. Insya Allah...
Engkau pengen jadi penulis? Gabung saja dengan KMB (Kursus Menulis Buku).
Engkau pengen jadi penulis? Gabung saja dengan KMB (Kursus Menulis Buku).
iya bener, mba. membaca apa saja, termasuk membaca situasi di sekitar hingga bisa jadi tulisan hehe
BalasHapusYup, kejelian membaca sekitar kita juga hal yang sangat bagus bagi penulis. Maka perkaya diri dengan pengalaman ya..
BalasHapustapi saya bukan mba, he